Mail   |   Chat   |   Forum
Home | Hiburan | Musik | Pendidikan
Update   
 
 
IPTEK
lingkungan
keluarga
kesehatan
nusantara
tips
figur
   
 
 
 
NUSANTARA
 
? Pecinan Glodok, Pesona Kota Tua di Tengah Gemerlap Metropolitan Jakarta
? Kawah Ijen, Kawah Eksotis Berair Hijau Kebiruan
? Tanah Toraja, Andalan Wisata Sulawesi Selatan
 
 


   
  13 September 2004
BIJI KELOR PENJERNIH AIR
Jakarta (Intisari)-RRI-Online,
Kelangkaan air bersih sering membuat kita kelabakan. Seperti sering dialami saudara-saudara kita di pesisir atau kawasan lain yang cuma mengandalkan air sungai, danau, atau sumber air lainnya.

Sesungguhnya, sumber air itu bisa disulap sehingga layak konsumsi dengan cara yang ramah lingkungan, yaitu dengan memanfaatkan biji kelor (Moringa oleifera).

Biji kelor berperan sebagai pengendap (koagulan) dengan hasil yang memuaskan. Bahkan, biji tanaman itu juga berkhasiat sebagai antibakteri. Berdasarkan penelitian di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, serbuk bijinya mampu membersihkan 90 persen dari total bakteri E. Coli dalam seliter air sungai dalam waktu 20 menit.

Sementara itu, menurut penelitian Andy Chandra, ST., biji kelor bisa dimanfaatkan sebagai bahan koagulan (bioflokulan) sewaktu mengolah limbah cair pabrik tekstil. Hasilnya terjadi degradasi warna hingga 98 persen penurunan BOD 62 persen, dan kandungan lumpur 70 ml per liter.

Proses penjernihan air dengan biji kelor ini tidak rumit. Bisa meliputi proses fisik (pengadukan dan penyaringan) dan biologis (penggumpalan atau pengendapan), bahkan juga proses penyerapan.

Sebagai langkah awal pada proses ini yaitu, perlu disediakan biji-biji kelor yang tua dan kering. Jumlah persisnya tergantung pada jumlah air yang akan diproses. Sebagai perbandingan 1 - 6 biji kelor untuk setiap liter air.

Selanjutnya pasir (diameter 0,3 - 1,2 mm), batu krikil (diameter 20 - 30 mm), arang (diameter 5 - 10 mm), drum bekas untuk tempat pengendapan dan pengadukan. Juga tabung penyaring.

Dengan sistem penyaringan sederhana, ditambah dengan bahan pengendap (koagulan) dari serbuk bji kelor, air kerung menjadi jernih. Sebagai media penyaring lapis pertama (setebal 35 cm) berupa pasir kuarsa yang mengandung kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) cukup tinggi. Penyaring lapis kedua (35 cm) berupa serbuk karbon atau arang aktif sebagai penyerap warna. Lapis ketiga (10 cm) berupa batu krikil.

Kemudian, air yang tersaring dan tertampung dalam drum ditaburi serbuk biji kelor. Kira-kira 5 - 6 butir biji tua dan kering bisa untuk menjernihkan 200 liter air baku. Air bakunya bisa berupa air permukaan (sungai, danau, kolam) atau air tanah.

Dapat juga sebelum ditambahkan ke dalam drum air, biji kelor dibuat larutan 5 persen ( 5 gram biji kelor beserta kulit atau tanpa kulit ditumbuk halus, dan dilarutkan dalam 100 ml aquades).

Untuk menjernihkan setiap liter air baku tadi cukup ditambahkan 1 ml larutan biji kelor berkulit, atau 10 ml larutan biji kelor tanpa kulit untuk setiap liter air baku. Kemudian aduk hingga rata.

Dosis larutan biji kelor dengan kulit lebih kecil daripada dosis larutan biji kelor tanpa kulit, karena kadar protein pada larutan biji kelor plus kulit lebih tinggi.

Dalam proses ini serbuk biji itu berperan sebagai koagulan yang efektif. Bisa begitu karena adanya zat aktif 4-alfa-4-rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate yang terkandung dalam biji kelor. Zat aktit itu berfungsi mengabsorbsi sekaligus menetralkan tegangan permukaan dari partikel-partikel air limbah.

Teknologi sederhana ini telah diuji dilaboratorium. Bahkan juga telah diterapkan di beberapa desa di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari segi biaya, pengolahan cair dengan bioflokulan berupa larutan biji kelor jelas ekonomis dan efisien. Yang pasti lebih ramah lingkungan dan aman ketimbang pakai bahan kimiawi. Hanya saja kendalanya, persediaan biji kelor terbatas. Maka, mari kita bertanam kelor, sekaligus melestarikannya.

(ritwan-ditppu)
   
           
Powered by
      Mail   |   Chat   |   Forum
Divisi Multimedia
Radio Republik Indonesia